MATERI III
KETAHANAN NASIONAL
BAB I
I.1 LATAR BELAKANG
Terbentuknya
negara Indonesia dilatar belakangi oleh perjuangan seluruh bangsa. Sudah sejak
lama Indonesia menjadi incaran banyak negara atau bangsa lain, karena
potensinya yang besar dilihat dari wilayahnya yang luas dengan kekayaan alam
yang banyak. Kenyataannya ancaman datang tidak hanya dari luar, tetapi juga
dari dalam. Terbukti, setelah perjuangan bangsa tercapai dengan terbentuknya NKRI,
ancaman dan gangguan dari dalam juga timbul, dari yang bersifat kegiatan fisik
sampai yang idiologis. Meski demikian, bangsa Indonesia memegang satu komitmen
bersama untuk tegaknya negara kesatuan Indonesia. Dorongan kesadaran bangsa
yang dipengaruhi kondisi dan letak geografis dengan dihadapkan pada lingkungan
dunia yang serba berubah akan memberikan motivasi dlam menciptakan suasana
damai.
PENGERTIAN KETAHANAN NASIONAL
Ketahanan
Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan
serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi segala macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan
baik yang datang dari dalam maupun luar, secara langsung maupun yang tidak
langsung yang mengancam dan membahayakan integritas, identitas, kelangsungan
hidup bangsa dan negara serta perjuangan dalam mewujudkan tujuan perjuangan
nasional.
Contoh Bentuk-bentuk ancaman menurut doktrin hankamnas (catur dharma eka karma) :
Contoh Bentuk-bentuk ancaman menurut doktrin hankamnas (catur dharma eka karma) :
1. Ancaman di
dalam negeri
Contohnya adalah pemeberontakan dan subversi yang
berasal atau terbentuk dari masyarakat indonesia.
2.Ancama dari luar negeri
Contohnya adalah infiltrasi, subversi dan
intervensi dari kekuatan kolonialisme dan imperialisme serta invasi dari darat,
udara dan laut oleh musuh dari luar negri.
1. Pokok-Pokok Pikiran Landasan Konsepsi Ketahan
Nasional
1.1. manusia budaya
Sebagai salah satu mahluk tuhan manusialah yang paling sempurna karena memiliki naluri, kemampuan berpikir, akal, dan berbagai keterampilan sehingga disebut manusia budaya. Manusia budaya senantiasa berjuang memepertahankan, eksistansi, pertumbuhan, dan kelangsungan hidupnya.
Manusia budaya berkelompok , bermasyarakat, dengan berbagai batasan menjadi suatubangsa yang berorganisasi dalam bentuk negara.
Sebagai salah satu mahluk tuhan manusialah yang paling sempurna karena memiliki naluri, kemampuan berpikir, akal, dan berbagai keterampilan sehingga disebut manusia budaya. Manusia budaya senantiasa berjuang memepertahankan, eksistansi, pertumbuhan, dan kelangsungan hidupnya.
Manusia budaya berkelompok , bermasyarakat, dengan berbagai batasan menjadi suatubangsa yang berorganisasi dalam bentuk negara.
1.2 Tujuan nasional, ideologi negara, dan falsafah
bangsa
Setiap bangsa mempunyai aspirasi langgeng, yaitu kesejahteraan dan keamanan, sebagai pangkal tolak citacita yang ingin diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sesuai dengan nilai-nilai budaya, etik, serta tata lakunya. Cita-cita ini dirumuskan dalam tujuan nasional.serangkaian cita-cita yang mendasar dan menyeluruh ,serta saling berkaiatan merupakan sistem pemikiran yang logis, berbentuk sistem nilaiyang diyakini kebenarannya, menjadi dasar dalam menata masyarakat , dan memberikan arah serta perwujudan tujuan nasional. Sistem nilaia ini ialah ideologi bangsa yang besumber pada falsafah bangsa.
Setiap bangsa mempunyai aspirasi langgeng, yaitu kesejahteraan dan keamanan, sebagai pangkal tolak citacita yang ingin diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sesuai dengan nilai-nilai budaya, etik, serta tata lakunya. Cita-cita ini dirumuskan dalam tujuan nasional.serangkaian cita-cita yang mendasar dan menyeluruh ,serta saling berkaiatan merupakan sistem pemikiran yang logis, berbentuk sistem nilaiyang diyakini kebenarannya, menjadi dasar dalam menata masyarakat , dan memberikan arah serta perwujudan tujuan nasional. Sistem nilaia ini ialah ideologi bangsa yang besumber pada falsafah bangsa.
I.2 RUMUSAN MASALAH
Dalam tulisan kali ini akan saya bahas beberapa masalah, diantaranya :
1. Bagaimana ancaman bagi negara Indonesia ?
2. Apa saja asas-asas ketahanan nasional ?
3. Bagaimana sifat-sifat ketahanan nasional ?
4. Bagaiman kedudukan dan fungsi ketahanan
nasional ?
5. Bagaimana konsepsi ketahanan nasional ?
6. Bahasa sebagai Alat Pemersatu
7. Bahasa dan budaya
8. Komunikasi dan Interaksi
Sosial
9. Kendala Bahasa Indonesia
10. Profil Masyarakat Perbatasan
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 BEBERAPA ANCAMAN DALAM DAN LUAR NEGERI
Beberapa
ancaman dalam dan luar negeri telah dapat diatasi bangsa Indonesia dengan
adadnya tekad bersama-sama menggalang kesatuan dan kecintaan bangsa. Berbagai
pemberontakan PKI, RMS (Republik Maluku Selatan), PRRI Permesta dan juga
gerakan sparatis di Timor- Timur yang pernah menyatakan dirinya berintegrasi
dengan Indonesia, meskipun akhirnya kenyataan politik menyebabkan lepasnya
kembali daerah tersebut.
Ancaman
sparatis dawasa ini ditunjukan dengan banyaknya wilayah atau propinsi di
Indonesia yang menginginkan dirinya merdeka lepas dari Indonesia seperti Aceh,
Riau, Irian Jaya, dan beberapa daerah lain begitu pila beberapa aksi provokasi
yang mengganggu kestabilan kehidupan sampai terjadinya berbagai kerusuhan yang
diwarnai nuansa etnis dan agama dan gangguan dari luar adalah gangguan dari
negara lain yang ingin menguasai pulau-pulau kecil yang masih berada di didalam
wilayah NKRI namun dekat dengan wilayah negara lain. Bangsa Indonesia telah
berusaha menghadapi semua ini dengan semangat persatuan dan keutuhan, meskipun
demikian gangguan dan ancaman akan terus ada selama perjalanan bangsa, maka
diperlukan kondisi dinamis bangsa yang dapat mengantisipasi keadaan apapun
terjadi dinegara ini.
II.2 ASAS – ASAS KETAHANAN NASIONAL
Asas ketahanan
nasional adalah tata laku yang didasari nilai-nilai yang tersusun berlandaskan
Pancasil, UUD 1945 dan Wawasan Nusantara. Asas-asas tersebut
adalah sebagai berikut (Lemhannas, 2000: 99 – 11).
a) . Asas kesejahtraan dan keamanan
Asas ini merupakan kebutuhan yang sangat mendasar
dan wajib dipenuhi bagi individu maupun masyarakat atau kelompok. Didalam
kehidupan nasional berbangsa dan bernegara, unsur kesejahteraan dan keamanan
ini biasanya menjadi tolak ukur bagi mantap/tidaknya ketahanan nasional.
b). Asas komprehensif/menyeluruh terpadu
Artinya, ketahanan nasional mencakup seluruh aspek
kehidupan. Aspek-aspek tersebut berkaitan dalam bentuk persatuan dan perpaduan
secara selaras, serasi, dan seimbang.
c). Asas kekeluargaan
Asas ini bersikap keadilan, kebersamaan, kesamaan,
gotong royong, tenggang rasa dan tanggung jawab dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam hal hidup dengan asas
kekeluargaan ini diakui adanya perbedaan, dan kenyataan real ini dikembangkan
secara serasi dalam kehidupan kemitraan dan dijaga dari konflik yang bersifat
merusak/destruktif.
2.3 Sifat-sifat Ketahanan Nasional
Beberapa sifat ketahanan nasional yang ada mingkin
akan kami jabarkan seperti dibawah ini :
Mandiri
Maksudnya
adalah percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri dan tidak mudah menyerah.
Sifat ini merupakan prasyarat untuk menjalin suatu kerjasama. Kerjasama perlu
dilandasi oleh sifat kemandirian, bukan semata-mata tergantung oleh pihak lain
Dinamis
Artinya tidak
tetap, naik turun tergantung situasi dan kondisi bangsa dan negara serta
lingkungan strategisnya. Dinamika ini selalu diorientasikan kemasa depan dan
diarahkan pada kondisi yang lebih baik.
Wibawa
Keberhasilan
pembinaan ketahanan nasional yang berlanjut dan berkesinambungan tetap dalam
rangka meningkatkan kekuatan dan kemampuan bangsa. Dengan ini diharapkan agar
bangsa Indonesia mempunyai harga diri dan diperhatikan oleh bangsa lain sesuai
dengan kualitas yang melekat padanya. Atas dasar pemikiran diatas, maka berlaku
logika, semakin tinggi tingkat ketahanan nasional, maka akan semakin tinggi
wibawa negara dan pemerintah sebagai penyelenggara kehidupan nasional.
Konsultasi dan
kerjasama
Hal ini
dimaksudkan adanya saling menghargai dengan mengandalkan pada moral dan
kepribadian bangsa. Hubungan kedua belah pihak perlu diselenggarakan secara
komunikatif sehingga ada keterbukaan dalam melihat kondisi masing-masing
didalam rangka hubungan ini diharapkan tidak ada usaha mengutamakan konfrontasi
serta tidak ada hasrat mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata.
II.4 KEDUDUKAN DAN FUNGSI KETAHANAN NASIONAL
Kedudukan dan fungsi ketahanan nasional dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a). Kedudukan :
ketahanan nasional merupakan suatu ajaran yang
diyakini kebenarannya oleh seluruh bangsa Indonesia serta merupakan cara
terbaik yang perlu di implementasikan secara berlanjut dalam rangka membina
kondisi kehidupan nasional yang ingin diwujudkan, wawasan nusantara dan
ketahanan nasional berkedudukan sebagai landasan konseptual, yang didasari oleh
Pancasil sebagai landasan ideal dan UUD sebagai landasan konstisional dalam paradigma
pembangunan nasional.
b). Fungsi :
Ketahanan nasional nasional dalam fungsinya sebagai
doktrin dasar nasional perlu dipahami untuk menjamin tetap terjadinya pola
pikir, pola sikap, pola tindak dan pola kerja dalam menyatukan langkah bangsa
yang bersifat inter – regional (wilayah), inter – sektoral maupun multi
disiplin. Konsep doktriner ini perlu supaya tidak ada cara berfikir yang
terkotak-kotak (sektoral). Satu alasan adalah bahwa bila penyimpangan terjadi,
maka akan timbul pemborosan waktu, tenaga dan sarana, yang bahkan berpotensi
dalam cita-cita nasional. Ketahanan nasional juga berfungsi sebagai pola dasar
pembangunan nasional. Pada hakikatnya merupakan arah dan pedoman dalam
pelaksanaan pembangunman nasional disegala bidang dan sektor pembangunan secara
terpadu, yang dilaksanakan sesuai dengan rancangan program.
II.5 KETAHANAN NASIONAL DAN KONSEPSI KETAHANAN
NASIONAL
Ketahanan
nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang meliputi segenap kehidupan
nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala
tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan, baik yang datang dari dalam maupun
dari luar, untuk menjamin identitas, integrasi dan kelangsungan hidup bangsa
dan negar serta perjuangan mencapai tujuan nasional dapat dijelaskan seperti
dibawah ini :
Ketangguhan
Adalah kekuatan yang menyebabkan seseorang atau
sesuatu dapat bertahan, kuat menderita atau dapat menanggulangi beban yang
dipikulnya.
Keuletan
Adalah usaha secara giat dengan kemampuan yang
keras dalam menggunakan kemampuan tersebut diatas untuk mencapai tujuan.
Identitas
Yaitu ciri khas suatu bangsa atau negara dilihat
secara keseluruhan. Negara dilihat dalam pengertian sebagai suatu organisasi
masyarakat yang dibatasi oleh wilayah dengan penduduk, sejarah, pemerintahan,
dan tujuan nasional serta dengan peran internasionalnya.
Integritas
Yaitu kesatuan menyeluruh dalam kehidupan nasional
suatu bangsa baik unsur sosial maupun alamiah, baik bersifat potensional maupun
fungsional.
Ancaman
Yang dimaksud disini adalah hal/usaha yang bersifat
mengubah atau merombak kebijaksanaan dan usaha ini dilakukan secara konseptual,
kriminal dan politis.
Hambatan dan
gangguan
Adalah hal atau usaha yang berasal dari luar dan
dari diri sendiri yang bersifat dan bertujuan melemahkan atau menghalangi
secara tidak konsepsional.
II.6 BAHASA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA
Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi paling
penting dalam dunia pendidikan,perhubungan tingkat nasional,pembangunan
budaya,dan pemanfaatan iptek modern. Hal itu telah mengakibatkan bahasa
Indonesia harus terus ditata dan dikembangkan agar tetap berperan sebagai alat
komunikasi yang mantap dalam berbagai
ranah pemakaiannya, seperti ranah sosial, politik, hukum, ekonomi, keuangan,
perdagangan, dan industri.
Melalui perjalanan sejarah yang panjang, bahasa Indonesia telah mencapai perkembangan yang luar biasa, baik
dari segi jumlah penggunanya, maupun dari segi sistemtata bahasa dan kosakata serta
maknanya. Sekarang bahasa Indonesia telah menjadi bahasa besar yang digunakan
dan dipelajari tidak hanya di seluruh Indonesia, tetapi juga di manca negara.
Untuk itu, warga Indonesia perlu disadarkan akan kenyataan ini, ditingkatkan kebanggaannya
terhadap bahasa nasional, ditingkatkan kesadarannya akan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, serta fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa lingua franka
yang berpotensi untuk
mempersatukan seluruh bangsa.
NKRI yang wilayahnya sangat luas dan merupakan
negara kepulauan, ± 19.000 pulau, dengan penduduk yang terdiri atas berbagai
suku dan bahasa daerah tentu berlatar belakang budaya yang bermacam-macam akan
mengalami masalah besar dalam melangsungkan kehidupannya. Perbedaan dapat
memecah belah bangsa tersebut. Dengan adanya bahasa Indonesia yang diakui sebagai
bahasa nasional oleh semua suku bangsa yang ada, perpecahan itu dapat dihindari
karena suku-suku bangsa tersebut merasa satu. Kalau tidak ada sebuah bahasa,
seperti bahasa Indonesia, yang bisa menyatukan suku-suku bangsayang berbeda,
akan banyak muncul masalah perpecahan
bangsa.
Wilayah NKRI berbatasan dengan negara-negara lain,
misalnya dengan Malaysia, Singapura, Brunei Darusalam, Filipina, dan Timor
Leste.Salah satu yang banyak menimbulkan gesekan adalah di wilayah Batam yang berbatasan langsung dengan
Singapura dan Malaysia. Latar belakang budaya yang tidak sama di wilayah
perbatasan tersebut dapat mengancam kedaulatan negara dan ketahanan nasional.
Berbagai upaya telah dilakukan walaupun belum maksimal dan efektif, sehingga
situasi di perbatasan masih rawan. Upaya yang telah dilakukan adalah melalui
kekuatan militer dan diplomatik. Selain itu, upaya lain pun harus dicari agar
berbagai upaya tadi secara simultan dapat menciptakan keutuhan dan ketahanan nasional
semakin mantap. Sehubungan dengan hal di
atas, dilakukanlah sebuah penelitian, yang mencoba mencari upaya dari sisi
lain, yaitu melalui pendekatan kebahasaan. Dasar pemikirannya adalah bahasa menunjukkan
bangsa, bahasa adalah produk budaya, bahasa gambaran karakter pendukung budaya
itu.
Melalui penelitian kebahasaan ini upaya apa yang dapat
dilakukan agar ketahanan nasional NKRI di wilayah perbatasan semakin mantap.
Penelitian tersebut menyangkut pemakaian
bahasa Indonesia sehari-hari yang menggambarkan karakter penutur bahasa dan
penggunaan bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional. Pedomannya adalah cinta
bangsa cinta bahasanya. Beberapa pertanyaan patut diajukan, yaitu strategi
macam apa yang perlu dilakukan untuk
memantapkan ketahanan nasional pada masyarakat
perbatasan di Batam melalui pendekatan kebahasaan.
Untuk keperluan ini diperlukan data kebahasaan pada masyarakat itu. Bahasa apa
yang digunakan mereka seharihari. Bagaimana bahasa mereka dilihat dari aspek sosiokultural.
Akhirnya apa yang harus dilakukan untuk
meningkatkan pembinaan bahasa Indonesia yang mengarah pada cinta bangsa dan
tanah air.
Dengan demikian, ketahanan nasional dan keutuhan bangsa
akan tercipta. Penelitian ini bertujuan menemukan langkah yang tepat untuk memantapkan
ketahanan nasional dan keutuhan wilayah NKRI dengan pendekatan kebahasaan pada
masyarakat perbatasan di Batam. Anggapan dasar yang digunakan adalah dengan
menganalisis bahasanya dapat diketahui karakter
penutur bahasa itu. Dengan memahami karakter masyarakat tersebut dapat
ditentukan strategi apa yang dilakukan
agar pembinaan atau pemasyarakatan bahasa Indonesia dapat terbina sehingga
muncul kesadaran akan cinta bangsa dan tanah air Indonesia.
Teori yang melandasi penelitian ini setidaknya terdiri
atas tiga bidang keilmuan. Pertama teori yang
menyangkut kebahasaan (khususnya sosiolinguistik); kedua
sosiologiantropologi khususnya budaya); ketiga, ilmu komunikasi (khususnya
dinamika komunikasi). Sosiolinguistik adalah ilmu yang mengkaji semua aspek dan
struktur penggunaan bahasa yang berkaitan dengan fungsi sosial dan kultural (budaya).
Sehubungan dengan itu, antara budaya dan bahasa sangat erat hubungannya, bahkan
bahasa dapat membuat budaya tersendiri seperti teori di bawah ini.
(1) Kesetiaan suatu kelompok terhadap bahasa dapat merupakan
senjata ampuh untuk menggerakkan
kelompok dan sering digunakan untuk mencari keuntungan politik.
(2) Banyak dikhawatirkan kesetiaan terhadap bahasa dapat lebih kuat daripada
kesetiaan nasional.
(3) Rasa kebersamaan sangat erat hubungannya dengan penggunaan bahasa yang sama.
(4) Wilayah tapal batas merupakan asal mula terjadinya keanekaragaman berbahasa.
Berdasarkan teori di atas dapat ditarik sebuah hipotesis bahwa bahasa sangat
berperan dalam memantapkan dan meningkatkan ketahanan NKRI. Untuk mewujudkan
kondisi di atas sangat diperlukan teknik komunikasi persuasif (melalui
kebahasaan juga) yang efektif dan efisien.
II.7 BAHASA dan BUDAYA
Bahasa dan Budaya Kebiasaan sebagian
masyarakat,seperti terlihat pada masyarakat perbatasan yang menggunakan
campuran bahasa Indonesia dan Inggris, belum dapat dikategorikan sebagai gejala
yang membahayakan semangat persatuan
bangsa bila dilihat dari sifat hubungan formal dan akrab. Gejala kebahasaan
demikian lazim terjadi dalam masyarakat dwibahasa. Dalam kasus tertentu mungkin
dapat dipandang sebagai kreativitas ekspresif kelompok masyarakat yang
bersangkutan.
Namun, apabila pemakaian bahasa campuran itu lebih
cenderung mencerminkan kurangnya rasa tanggung jawab dalam berbahasa dan lebih
berorientasi pada kebudayaan asing, ketahanan nasional dapat terancam.
Kendurnya semangat nasional pada sebagian kalangan masyarakat pada hakikatnya
merupakan masalah politik. Hal ini tercermin dalam perilaku berbahasa. Pemakaian bahasa campuran itu bukan karena
kecerobohan, melainkankarena kurangnya penguasaan bahasa Indonesia bagi
sebagian besar mereka yang telah memperoleh pendidikannya, tetapi penguasaan
bahasa Indonesianya secara lisan apalagi tertulis masih jauh di bawah mutu yang
seharusnya.Bila tetap dibiarkan akan dapat menjadi tendensi regresif dalam peran bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Gillin dalam Soekanto (2002:71-104) menjelaskan ada dua golongan proses
sosial sebagai akibat interaksi sosial, yaitu proses asosiatif dan proses
disasosiatif. Proses asosiatif adalahsebuah proses yang terjadi saling mengerti
dan kerja sama timbal balik antara orang per orang atau kelompok satu dengan
yang lainnya.
Proses asosiatif tersebut antara lain, kerja sama
dan akomodasi. Beberapa bentuk kerja sama adalah gotong- royong dan kerja
bakti, bargaining, co-optation, coalition, joint-venture. Adapun akomodasi menurut Bungin (2006:60) adalah proses sosial
yang memiliki dua makna, (a) proses sosial yang menunjukkan pada suatu
keadaan yang seimbang (equilibrium) dalam interaksi sosial antara individu dan
antarkelompok dalam masyarakat, terutama yang menyangkut norma-norma dan
nilai-nilai sosial yang berlaku dalammasyarakat tersebut; (b) menuju pada suatu proses yang sedang berlangsung,
misalnya meredakan pertentangan yang Jurnal Sosioteknologi Edisi 13 Tahun 7,
April 2008 336 Pemantapan Ketahanan Nasional NKRI Melalui Pendekatan Kebahasaan
terjadi di masyarakat.
Bentuk-bentuk
akomodasi adalah coercion,compromise,
mediation,conciliation, toleration, stalemate, dan adjudication. Proses akomodasi berlanjut pada proses
asimilasi, yaitu proses pencampuran dua atau lebih budaya yang berbeda sebagai
akibat dari proses sosial, yang kemudian menghasilkan budaya sendiri yang
berbeda dengan budaya asalnya. Bungin (2006:62) menjelaskan proses asimilasi
terjadi apabila ada (1)
kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaannya, (2) individu sebagai warga
kelompok bergaul secara intensif untuk waktu yang relatif lama, (3) kebudayaan
dari masing-masing kelompok saling menyesuaikan terakomodasi satu dengan
lainnya, (4) menghasilkan budaya baru yang berbeda dengan budaya induknya.
Proses asimilasi ini penting dalam kehidupan
masyarakat yang individunya berbeda secara kultural. Proses sosial
disasosiatifmerupakan proses perlawanan yang dilakukan individu-individu
dan kelompok dalam proses sosial di antara mereka pada suatu masyarakat.
Bentukbentuk proses ini adalah persaingan, kontroversi, dan konflik. Persaingan
adalah proses sosial individu atau kelompok berjuang dan bersaing mencari keuntungan pada bidang kehidupan yang
menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik namun tanpa
ancaman dan kekerasan.
Kontrovesi adalah fenomena yang menggambarkan
persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Konflik adalah proses sosial
individu atau kelompok yang menyadari memiliki perbedaan, misalnya ciri
badaniah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, polapola perilaku, prinsip, politik,
ideologi, atau kepentingan dengan pihak lain. Perbedaan ciri tersebut dapat
mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau
pertikaian. Bahasa merupakan gejala
sosial dan gejala kebudayaan, karena setiap masyarakat pasti memiliki
kebudayaan tertentu. Hal tersebut seperti dikemukakan oleh Hudson (1980) the study of language in relation to society.
Di Indonesia, Nababan (1984) mengatakan bahwa
sebagai anggota masyarakat terikat oleh nilai-nilai sosial dan nilai-nilai
budaya masyarakat, termasuk nilai-nilai ketika anggota masyarakat menggunakan
bahasa. Budaya nasional yang supraetnis,
berdasarkan hakikat unsur dan proses pembentuknya, harus mempunyai daya cakup
yang luas sehingga meliputi seluruh rakyat dan wilayah Indonesia. Dalam
lingkungan budaya nasional yang supraetnis demikian, setiap orang Indonesia
tidak mendapat perlakuan diskriminatif. Budaya demikian diharapkan dapat
memberikan rasa kesatuan dan persatuan bagi setiap WNI, yang merupakan perekat
yang sangat diperlukan, terutama akhir-akhir ini, ketika marak terdengar
keinginan kelompok-kelompok tertentu di tanah air untuk memisahkan diri dalam
negaranegara bagian. Unsur budaya yang dapat berperan demikian ialah bahasa
Indonesia. Sebagai perekat budaya nasional bahasa Indonesia (berasal dari
bahasa Melayu) bukanlah pemberian atau hadiah dari kelompok mana pun, juga
bukan pemberian para penutur asli bahasa Melayu yang terdapat di wilayah Jurnal
Sosioteknologi Edisi 13 Tahun 7, April 2008 337 Pemantapan Ketahanan Nasional
NKRI Melalui Pendekatan Kebahasaan Indonesia. Ia adalah kesepakatan para pejuang
untuk mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan untuk bangsa Indonesia
melalui Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
II.8 . KOMUNIKASI
dan INTERAKSI SOSIAL
Dalam memasuki era globalisasi, bangsa Indonesia
yang sangat majemuk ini harus mempersiapkan diri demi kelangsungan hidupnya.
Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu diketahui antara lain, gambaran
kehidupan di era globalisasi, tuntutan dan peluang apa saja yang ada di
dalamnya dan bagaimana meresponsnya. Untuk itu, perlu diadakan tinjauan budaya untuk
mengetahui apakah budaya Indonesia yang ada sekarang ini sudah siap mengahadapi
era globalisasi. Budaya yang dapat menghadapi tuntutan seperti itu adalah budaya yang tangguh, sehingga ia
dapat menghimpun potensi dari seluruh rakyat yang majemuk untuk menghadapi
tantangan dari luar.
Semua potensi yang terdapat dalam masyarakat
Indonesia hendaknya dapat ditampung
dalam wadah yang disebut budaya nasional Indonesia, yaitu budaya yang
mengakui kebinekaan yang terdiri atas budaya budaya etnis.Kemajuan di bidang
komunikasi dan transportasi membuat dunia makin terbuka dan batas-batas atau
sekat-sekat yang memisahkan satu bangsa
dari bangsa lain makin memudar, memaksamasyarakat Indonesia untuk bergaul
dengan masyarakat negara lain. Agar manusia Indonesia dapat bergaul dan
berfungsi sebagai warga negara secara efektif dalam masyarakat Indonesia
modern, ia perlu memperhatikan dan mengindahkan nilai-nilai yang diyakini dan
dianut oleh pemikiran modern dewasa ini, antara lain, nilai-nilai yang terdapat
dalam konsep demokrasi.
Terjadinya konflik nilai dalam kelompok masyarakat
budaya Indonesia dewasa ini dapat diamati dan sudah dapat diramalkan. Konflik
itu dapat terbuka dan dapat pula terpendam. Di satu sisi dipaksa untuk
mengikuti nilainilai atau norma-norma yang baru, dan di sisi lain masih terikat
dengan nilainilai atau norma-norma tradisional.
Peran Bahasa dan Budaya dalam Ketahanan Nasional Negara yang aneka
bahasa mempunyai masalah lebih banyak dibanding dengan negara ekabahasa. Pada
tataran praktis, kesulitan komunikasi dalam suatu negara dapat menjadi
rintangan bagi kehidupan ekonomi dan industri serta gangguan sosial.
Beberapa ahli meneliti masalah tersebut dengan
menganalisis beberapa negara atas dasar jumlah bahasa dan pendapatan domestik
bruto (GDP), yaitu Pool (1972); dan Fishman (1968). Negara yang secara
linguistik homogen biasanya secara ekonomi berkembang (maju) dan keseragaman
bahasa dan keadaan ekonomi dapat saling mendorong. Asal mula keanekabahasaan bisa terjadi di
wilayah perbatasan. Masalah seperti itu di Indonesia cukup banyak. Migrasi
orang Melayu dari Indonesia bagian barat ke seluruh wilayah tanah air, terutama
di wilayah pantai menumbuhkan kelompok-kelompok penutur bahasa Melayu.
Apa peran bahasa dalam mempersatukan bangsa? Hal
ini diawali dengan mengaitkan bahasa dengan Jurnal Sosioteknologi Edisi 13
Tahun 7, April 2008 338 Pemantapan Ketahanan Nasional NKRI Melalui Pendekatan
Kebahasaan nasionisme dan nasionalisme.
Argumentasi yang dikemukakan adalah bahasa yang dapat memegang peran dalam
upaya mempersatukan bangsa adalah bahasa Indonesia sebab bahasa Indonesia
bersama Pancasila dan kesamaan sejarah merupakan komponen nasional Indonesia.
Argumentasi lain (Gunarwan, 2000:51) adalah bahwa bahasa asing, terutama bahasa
Inggris mempunyai potensi melemahkan rasa
nasionalisme Indonesia.
Alasannya adalah bahwa ada anggapan bahasa Inggris
lebih bergengsi daripada bahasa Indonesia. Oleh karena itu, dapat mempengaruhi
keterkaitan sentimental orang Indonesia pada bahasa Indonesia. Bangsa Indonesia dewasa ini sedang dirundung
ancaman perpecahan karena bahasa-bahasa
di Indonesia dapat dibedakan menurut status masingmasing, menjadi bahasa
nasional (bahasa Indonesia), bahasa daerah, dan bahasa asing (terutama bahasa
Inggris). Apa peran masing-masing dalam mempersatukan bangsa ini? Atas dasar
pemikiran bahwa bahasa Indonesia bersama Pancasila dan sejarah bangsa adalah
perekat sosial bangsa ini, apa yang perlu kita lakukan agar bahasa Indonesia
dapat berperan secara optimalsebagai pemersatu bangsa Indonesia? Fishman
(1972), dalam Fasold (1984:2-7) memakai dua istilah untuk menjelaskan peran
bahasa dalam satuan politico-teritorial yang disebut nasion.
Kedua istilah itu adalah nasionisme dan
nasionalisme. Nasionisme berkaitan dengan efisiensi penyelenggaraan
pemerintahan dalam arti luas. Nasionalisme yakni satuan sosiokultural yang terdiri atas orang-orang sebagai anggota
suatu satuan sosial yang berbeda dengan kelompok-kelompok lain. Peran bahasa
dalam nasionisme berbeda dari peran bahasa dalamnasionalisme. Menurut Fishman,
bahasa memegang peran penting seperti kebudayaan, agama, dan sejarah ‘language
serves a link with ‘the glorious post’ and with authencity (Fasold, 1984:3),
sedangkan Garvin dan Mathiot (1956) peran bahasa dalam kaitannya dengan nasionalisme
adalah fungsi pemersatu (unifying) dan pemisah (separatist).
Fungsi pemersatu mengacu pada perasaan para anggota
suatu nasionalitas bahwa mereka disatupadukan serta diidentifikasikan dengan
orang-orang lain yang menggunakan bahasa yang sama. Fungsi yang kedua merujuk
ke perasaan para anggota nasionalitas bahwa mereka berbeda dan terpisah dari
orang-orang yang berbahasa lain. Dalam
kaitannya dengan bahasa Indonesia,
tampaknya fungsi yang pertama itulah yang perlu dibina agar semua warga yang
berbahasa Indonesia, merasa anggota satu bangsa yang sama.
II.9 KENDALA
BAHASA INDONESIA
Sebagai Penguat Ketahanan Bangsa Dalam konteks dua
bahasa (atau lebih) tidak dapat dilepaskan dari kata persaingan. Yang
dipersaingkan oleh anggota masyarakat baik untuk dipelajari maupun untuk
digunakan adalah bahasa. Dalam bahasa Indonesia yang multilingual ini, tentu
saja ada persaingan baik antara bahasa
Indonesia-bahasa Inggris, maupun bahasa Indonesia--bahasa daerah. Dalam hal
ini, penulis akan membahas persaingan bahasa
Indonesia- bahasa Inggris. Jurnal Sosioteknologi Edisi 13 Tahun 7, April
2008 339 Pemantapan Ketahanan Nasional NKRI Melalui Pendekatan Kebahasaan Dewasa ini kita sedang berada dalam era globalisasi
yang menurut Waters (1995:3) mengacu ke proses sosial “. . . in which the
constraints of geography on social and cultural arrangements recede and in
which people become aware that they are receding”.
Simatupang (2000:54) mengatakan “Apabila proses itu
terwujud, yang ada adalah masyarakat dunia terglobal yaitu “one community and
one culture . . . which may be harmoniously or disharmoniously integrated”.
Masyarakat seperti ini ditandai oleh mengaburnya batas-batas negara.
Implikasinya apa pun yang dihasilkan suatu negara akan diukur berdasarkan
keunggulan kompetitifnya; timbul persaingan di antara bangsabangsa. Bangsa yang
menang adalah bangsa yang memiliki sumber dayamanusia yang berkualitas
(memiliki disiplin yang tinggi, etos kerja yang baik, wawasan jauh ke depan,
dan bangsa yang menguasai suatu bahasa untuk komunikasi yang lebih luas).
Menggunakan
konsep geolinguistik Mackey (1973), Gunarwan (1999) menghitung kekuatan
bahasa Indonesia sukar keluar dari wilayah tradisional bahasa Melayu untuk
menjadi bahasa komunikasi yang lebih luas. Untuk menjadi anggota masyarakat
global, masyarakat Indonesia harus menguasai bahasa Inggris. Misalnya, untuk
mengakses teknologi yang perkembangannya sangat pesatdibutuhkan bahasa Inggris.
Oleh karena itu, di kalangan orang Indonesia terjadi persaingan bahasa. Bila dilihat dari konsep geopolitik Gunarwan,
bahasa Inggris mengancam kedudukan bahasaIndonesia. Dengan asumsi, semakin
pentingnya bahasa Inggris di kalangan orang Indonesia dapat mengurangi
loyalitas orang Indonesia kepada bahasa Indonesia.
Nasionalisme kita adalah nasionalisme endoglosik
(berdasarkan bahasa yang berasal dari wilayah Indonesia), menurunnya loyalitas
(berwujud menurunnya hormat atau ikatan
sentimental kita terhadap bahasa Indonesia) dapat menurunkan kadar nasionalisme
orang Indonesia. Apalagi, ada kecenderungan dalam masyarakat Indonesia bahwa
bahasa Inggris lebih bergengsi. Hal ini
tampaknya tidak akan berpengaruh pada fungsi formal bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara. Yang akan terpengaruh adalah fungsi bahasa Indonesia sebagai
lambang nasionalisme Indonesia karena dari adanya petunjuk bahwa bahasa Inggris
cenderung dinilai lebih tinggi daripada bahasa Indonesia dapat diinferensikan
bahwa salah satu “menjunjung bahasa
persatuan” menjadi kurang terwujud junjungannya.
Bahasa sebagai Perekat Persatuan Tidak semua bahasa
yang ada pada suatu negara berperan sebagai pemersatu bangsa. Di Indonesia ada
bahasa Inggris dan bahasa daerah yang
berpotensi melemahkan persatuan bangsa. Yang dapat berperan sebagai pemersatu bangsa
adalah bahasa Indonesia. Implikasinya bahwa bahasa nasional harus terus
dipelihara dalam arti bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia terus
dilakukan. Di samping peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia oleh orang
Indonesia, perlu diperhatikan juga Jurnal Sosioteknologi Edisi 13 Tahun 7,
April 2008 340 Pemantapan Ketahanan Nasional NKRI Melalui Pendekatan Kebahasaan
sikap rasa cinta orang Indonesia pada bahasa Indonesia.
Pengembangan bahasa Indonesia menjadi bahasa yang
sejajar dengan bahasa-bahasa modern. Bahasa modern memiliki ciri kemudahan dan
presisi pengungkapan makna. Disiplin
berbahasa pada orang Indonesia pun masih rendah. Salah satu cara adalah melalui
lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Bahkan
tanggung jawab pengembangan berbahasa bukan hanya tugas guru atau pengajar
bahasa Indonesia tetapi tugas seluruh masyarakat. Yang menjadi potensi kendala penanaman sikap
positif dan rasa cinta bahasa Indonesia adalah bahasa Inggris.
Asumsi tersebut didasarkan pada argumentasi bahwa
bahasa tersebut dinilai lebih tinggi daripada bahasa Indonesia. Hal ini, ada
kaitannya dengan kecenderungan yang kuat di antara orang Indonesia pada umumnya
bahwa yang dari “sana” dinilai lebih daripada yang dari “sini”, apakah itu
film, musik,mode pakaian, tari-tarian, atau makanan. Penjunjungan bahasa Inggris yang lebih tinggi
daripada bahasa Indonesia sebenarnya mengingkari Sumpah Pemuda. Hal ini, akan
menimbulkan sikap keinggris-inggrisan atau keamerika-amerikaan yang jika
menebal akan melunturkan warna bahasa Indonesia sebagai lambang kepribadian bangsa.
Gunarwan(2000:67) mengatakan bahwa lunturnya warna
bahasa Indonesia sebagai lambang kepribadian bangsa dapat mengubah warna
kebudayaan Indonesia, dan akhirnya kebudayaan nasional pun dapat
terjajah.Bahkan, dapat mengurangi rasa kebangsaan kita. Pengembangan bahasa Indonesia dilakukan
melalui a) penyuluhan bahasa Indonesia (pemasaran hasil perencanaan bahasa)
lebih ditingkatkan; b) disiplin berbahasa, seperti gerakan britania language across the curriculum. Penanaman
cinta terhadap bahasa Indonesia akan berdampak pula pada rasa nasionalisme
secara tidak langsung. Cinta bahasa
cinta bangsa; cinta bangsa menciptakan ketahanan nasional; ketahanan nasional
menciptakan keutuhan bangsa dan wilayah NKRI.
II.10 PROFIL
MASYARAKAT PERBATASAN
Kota Batam merupakan wilayah yang berbatasan dengan
Singapura. Kota Batam dibentuk berdasarkan UU No.53 tahun 1999, dengan luas
wilayah daratan 969 km2 dan lautan 601,35 km2 dan jumlah penduduk 727.878 jiwa
(Agustus 2007). Pertumbuhan ekonomi Kota
Batam lebih tinggi dibanding dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh
karena itu, wilayah ini menjadi wilayah andalan bagi pemacu pertumbuhan ekonomi
nasional. Laju petumbuhan ekonomi Kota Batam didominasi sektor industri pengolahan sebesar
63,25%, sektor lain adalah perdagangan, hotel dan restoran, keuangan, persewaan,
dan jasa perusahaan.
Sektor industri merupakan sektor yang paling
menonjol sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah dalammengembangkan Pulau Batam
menjadi kawasan industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Produksi
perikanan laut tahun 2005 tercatat 30.144 ton. Hal ini Jurnal Sosioteknologi
Edisi 13 Tahun 7, April 2008 341 Pemantapan Ketahanan Nasional NKRI Melalui
Pendekatan Kebahasaan dipengaruhi banyaknya armada penangkap ikan yang
beroperasi. Armada penangkap ikan yang beroperasi tercatat sebanyak 6.619 buah.
Kota Batam sebagai kota pariwisata menjanjikan
aneka bentuk sarana wisata laut dan pantai, wisata seni dan budaya, wisata
belanja, wisata ekonomi dan konferensi, serta wisata kemanusiaan. Hal ini
didukung tersedianya fasilitas hotel dan resort dengan standar internasional.
Jumlah wisatawan mancanegara ke batam terbanyak adalah dari Singapura,Malaysia,
Korea Selatan, dan Jepang.
-Bahasa dan Etnis Masyarakat
Perbatasan Kota Batam Penduduk masyarakat
perbatasan terdiri atas berbagai kelompok etnis seperti halnya masyarakat Kota
Batam pada umumnya yaitu: Melayu, Bugis, jawa, Sunda, Arab, Tionghoa, Padang,
Batak, Flores, dan Banjar. Bahasa yang digunakan masyarakat perbatasan untuk
sehari-hari dalam pergaulan antaretnis adalah bahasa melayu. Bahasa yang
digunakan untuk pergaulan dalam kelompok etnisnya adalah bahasa daerah
masing-masing (Melayu, Bugis, Jawa, Bugis, dll.). Untuk situasi resmi
atauberhubungan dengan masyarakat luar adalah bahasa Indonesia yang masih
tampak kuat pengaruh bahasa daerahnya berupa logat/ucapan dan perbendaharaan
kata.
Seperti halnya bahasa seorang responden yang masih
kental pengaruh bahasa Jawa karena dia berasal Jawa Timur (Banyuwangi).
Pekerjaannya sebagai pedagang (warung nasi). Dia masih senang menonton televisi
nasional/swasta (Indonesia) sebagai sumber informasi dan hiburan. Demikian pula
responden lain tukang pancung (alat transportasi berupa sampan ) yang merupakan
penduduk asli, etnis Melayu keturunan Bugis. Beberapa di antara penduduk ada
yang sedikit tahu bahasa Inggris misalnya waktu diwawancara, terlontar kata
time, second, trip, dll. Hal ini dimungkinkan karena datangnya wisatawan asing
ke daerah itu.
- Interaksi Sosial - Budaya
Masyarakat Perbatasan Kota Batam Berdasarkan informasi, penduduk Batam yang
terdiri atas berbagai kelompok etnis, kehidupan sosial penduduk setempat
aman-aman saja tanpa friksi atau konflik yang terjadi. Budaya Melayu masih kuat
, tetapi berbeda dari budaya Melayu Malaysia. Dalam hal interaksi sosial,telah
terjadi perkawinan/percampurandarah di antara berbagai etnis ( Melayu, Bugis,
Jawa, Flores, dll.).
Hubungannya dengan warga asing telah terjadi
interaksi sosial antarwarga masyarakat
perbatasan dengan warga Singapura(keturunan Melayu) karena hubungan
kekerabatan. Lebih jauh lagi telah terjadi pernikahan antara orang Singapura
(Melayu) dengan penduduk setempat. Lain halnya dengan daerah yang mayoritas
etnis Bugis (selain Melayu, Jawa,dll) kontak sosial dengan masyarakat luar
(Singapura dan Malaysia) boleh dikatakan hampir tidak ada.
Penduduk Batam yang terdiri atas berbagai kelompok
etnis, kehidupan Jurnal Sosioteknologi Edisi 13 Tahun 7, April 2008 342
Pemantapan Ketahanan Nasional NKRI Melalui Pendekatan Kebahasaansosial penduduk
setempat aman-aman saja tanpa friksi atau konflik yang terjadi. Budaya Melayu
masih kuat , tetapi berbeda dari budaya Melayu Malaysia. Dalam hal interaksi
sosial,telah terjadi perkawinan/percampuran darah di antara berbagai etnis (
Melayu, Bugis, Jawa, Flores, dll.).
Hubungannya dengan warga asing telah terjadi interaksi
sosial antarwarga masyarakat perbatasan
dengan warga Singapura (keturunan Melayu) karena hubungan kekerabatan. Lebih
jauh lagi telah terjadi pernikahan antara orang Singapura (Melayu) dengan
penduduk setempat. Lain halnya dengan daerah yang mayoritas etnis Bugis (selain Melayu,
Jawa,dll) kontak sosial dengan masyarakat luar (Singapura dan Malaysia) boleh
dikatakan hampir tidak ada.Bahasa yang digunakan masyarakat perbatasan untuk
sehari-hari dalam pergaulan antaretnis adalah bahasa melayu. Bahasa yang
digunakan untuk pergaulan dalam kelompok etnisnya adalah bahasa daerah
masing-masing(Melayu, Bugis, Jawa, Bugis, dll.).
Untuk situasi resmi atau berhubungan dengan
masyarakat luar adalah bahasa logat/ucapan dan perbendaharaan kata. responden
yang masih kental pengaruh bahasa Jawa karena dia berasal Jawa Timur
(Banyuwangi). Demikian pula responden lain yang merupakan penduduk asli, etnis
Melayu keturunan Bugis. Beberapa di antara penduduk ada yang sedikit tahu
bahasa Inggris misalnya terlontar kata
time, second, trip, dll. Hal ini dimungkinkan karena datangnya wisatawan
asing ke daerah itu. Tidak semua bahasa yang ada pada suatu negara berperan
sebagai pemersatu bangsa. Di Indonesia ada bahasa Inggris dan bahasa daerah yang berpotensi melemahkan
persatuan bangsa.
Yang dapat berperan sebagai pemersatu bangsa adalah
bahasa Indonesia. Implikasinya bahwa bahasa nasional harus terus dipelihara
dalam arti bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia terus dilakukan.
Di samping peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia oleh orang Indonesia,
perlu diperhatikan juga sikap rasa cinta orang Indonesia pada bahasa Indonesia.
Pengembangan bahasa Indonesia menjadi bahasa yang sejajar dengan bahasa-bahasa
modern. Bahasa modern memiliki ciri kemudahan dan presisi pengungkapan makna.
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Negara
Indonesia adalah negara yang solid terdiri dari berbagai suku dan bangsa,
terdiri dari banyak pulau-pulau dan lautan yang luas. Jika kita sebagai warga
negara ingin mempertahankan daerah kita dari ganguan bangsa/negara lain, maka
kita harus memperkuat ketahanan nasional kita. Ketahanan nasional adalah cara
paling ampuh, karena mencakup banyak landasan seperti : Pancasila sebagai
landasan ideal, UUD 1945 sebagai landasan konstitusional dan Wawasan Nusantara
sebagai landasan visional, jadi dengan demikian katahanan nasional kita sangat
solid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar